Narkoba Musnahkan 'Mimpi' Rara

MENGAPA ‘dunia lain’ melenakan? Disitu tak sedikit hal dilarang berbungkus ‘nikmat’ bebas didapat. Ketika segalanya dibatasi penyadaran diri, niscaya semua ditinggalkan
“AKU pernah terseret narkoba di masa silam. Latarbelakang broken home membuatku mencari kepuasan lain. Aku tersadar sesudah terlanjur dan hancur!” tegas Rara (21), sebut saja begitu, gadis asal Kalimantan Tengah bermukim di Jalan Bandarmasih.

Mengaku cuma jebolan SMP di Palangkaraya, masa kecil Rara bergelimang materi. Selain puteri pengusaha batubara dan ibunya menduduki posisi strategis di salah satu instansi pemerintah, juga harta tak bergerak peninggalan neneknya seperti puluhan rumah kost cukup mumpuni. ”Gara-gara ‘dimanja’ keadaan, aku lupa menempuh pendidikan dengan sempurna. Aku bilang segalanya baik-baik saja, padahal sering bolos,” ujarnya menenteng stik dan menantang saya bermain biliar, di sebuah rumah biliar Banjarbaru.

Ditemani dentuman musik ajep-ajep dari sound ruang VIP itu, Rara mengatakan, dulu orangtuanya terlalu sibuk urusan bisnis. Selaku anak semata wayang, dia tak mendapat kasih sayang layaknya anak tunggal kebanyakan. Situasi inilah, aku Rara, menyeretnya larut untuk pikiran-pikiran negatif. ”Kelas II SMP aku mulai berani merokok dan bolos sekolah,” ujarnya, menyerahkan coca cola.

Wanita hitam manis berhidung bangir, mengenakan celana jeans pendek dipadu kaos ketat hitam ini, mengungkapkan, akibat pergaulan bebas itu, nilai pelajaran jeblok. Tak heran, dengan katabelece (orangtua) agar bisa naik kelas, disyaratkan pindah sekolah. ”Itupun papa harus mengeluarkan uang sana sini dan ribut dengan mama,” kenangnya berhenti sesaat menyapu arpus ke ujung stik, membidik bola 5.

Lulus SMP dengan nilai pas-pasan sambung Rara, muncul rasa malas melanjutkan ke SMA. Apalagi dihadapkan kondisi orangtua tiap hari bertengkar dan puncaknya bercerai meninggalkan banyak masalah. ”Aku saat itu labil, ujungnya terseret narkoba dikenalkan teman,” ujarnya.

Bermula mengkonsumsi koplo jenis Nipam, Megadon dan Rohypnol, lama kelamaan kata Rara, meningkat menggunakan psikotropika jenis sabu-sabu. ”Tanganku gemetaran jika tak mengkonsumsi narkoba!” ungkapnya bersender ke dinding dan menghentikan pertandingan single bola 9 tersebut.

Beberapa kali didapati mama atau papa dalam kondisi fly dan sakaw sambung Rara, dia memilih kabur dari rumah. Sebab kondisi itu juga memperkeruh hubungan orangtua yang bercerai berai. ”Aku diajak teman cowok ke Banjarmasin. Ternyata di kota ini lebih dahsyat dari Palangkaraya!” tegasnya.

Bukan lagi memanfaatkan harta benda orangtua cecar Rara, akhirnya memenuhi keinginan darah di tubuhnya, benar-benar terseret dengan menjual harga diri. ”Aku benar-benar tak bisa berpikir waras, menyerahkan segalanya kepada siapa saja, asal bisa mengkonsumsi narkoba,” terangnya mengusap buliran airmata.

Tak heran, narkoba menyeret Rara 4-5 kali masuk rumah sakit, bahkan ditengah kegamangan nyaris menemui ajal. ”Untung ada yang bersedia menolong. Orang itu membimbingku, tetapi setelah aku tersadar, dia pergi dari kost di Jalan Soetoyo S dan aku tak tahu kemana harus mencari,” ujarnya.

Diakui jungkis ini, dari terapi medis sampai alternatif beragam cara, membuatnya keluar dari narkoba. ”Setahun pasca rehabilitasi, baru bisa meninggalkan narkoba. Itupun hampir gila. Untung dibantu lelaki itu,” terangnya mewanti-wanti namanya disamarkan.

Kini sambungnya semua sudah berlalu. Hanya dia merasa sudah terlanjur hancur dan tak lagi memiliki kebanggaan. ”Biarlah kuterima segalanya begini, toh aku juga tak mungkin pulang ke orangtua. Kuimpikan ada lelaki yang membimbingku dengan ikhlas dan tanggungjawab,’ ujarnya mempersilakan saya berlalu.

0 Response to "Narkoba Musnahkan 'Mimpi' Rara"

Post a Comment

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme