Cinta Kilat Diskotik

PUKUL 23.30 wita malam kamis itu, suasana lantai diskotik “H” kawasan Jl Akhmad Yani Banjarmasin ramai dibanding biasa. Gebrakan musik ajeb-ajeb benar-benar padu menyapu area lantai berkilauan disapu cahaya lampu warna-warni
DI TENGAH temaram, kepulan asap rokok membubung dan menyapu dinginnya AC, menambah sesak ruangan. Entalah, fenomena tak sehat ini justru memotivasi ribuan kepala menggeleng-gelengkan kepala mengikuti irama musik. “Aku masih tanggung, tadi butterfly (narkoba jenis ineks) cuma separo dan reaksinya mulai turun,” teriak Vita (bukan nama sebenarnya) pada Dede (20) teman prianya di sela dentuman musik.

Terus menggeleng-gelengkan kepala dan ditambah liukan seksi tubuhnya yang cuma dibalut rok mini dan tanktop super minim (maaf, nyaris tersisa BH) Vita berkulit putih itu asyik berdempetan Dede.
Sekian menit, gadis kira-kira setinggi 160 cm serta berusia 23 tahun tersebut tetap bergoyang. Namun kali ini tangan kanan Vita memegang korek gas yang diacung ke udara dan menyalakannya. ”Aku minta dua gelas double whiskey plus fanta merah,” ujarnya, ke telinga waiters berkostum putih-hitam yang menenteng senter kecil.

Selesai membayar sesuai bill, dia menenggak double whiskey, lalu berbisik pada Dede. Berikut pria bertubuh ceking itu menyerahkan dua lembar uang. Vita menghilang di sela sesaknya pengunjung lain. Tak berselang, Vita sudah muncul, kali ini tangan kirinya menggenggam sesuatu, sedang tangan kanan menenteng botol berisi air mineral berukuran tanggung. ”Nih tambah separo” tegasnya memasukan sesuatu ke mulut Dede dan mulutnya sendiri, lalu menenggak air mineral.

Jarum jam berputar ke pukul 01.00 WITA dinihari. Vita selain tak berhenti bergoyang, naik menginjak kursi besi berbentuk bundar dan makin erotis meliukkan tubuh. ”Oh My god!” pekiknya berulang-ulang, mengundang perhatian pengunjung lain. Tak ada pesta yang tak berakhir. Persis pukul 02.00 dinihari DJ meringankan dentuman musik. Sejumlah lampu dinyalakkan dan pengunjung berjubel ke muka pintu mengakhiri pergulatan dunia semu tersebut. Tak terkecuali Vita, dia bersama Dede menuju pintu dan beranjak ke lift. wanita berparas cantik itu seperti tak merasa kelelahan. Sebagian tubuh bagian atasnya terbuka, bertabur butiran keringat.

Berjejal pengunjung lain masuk lift, Vita dan Dede turun ke lantai dasar. Keduanya berpegangan. Vita mengenakan jaket warna silver seolah malas beranjak dari tempat tersebut. Mulutnya tetap betah mengunyah permen karet. Tangannya sesekali mencengkram sendiri, diikuti sorotan mata kadang galak kadang menyipit.

Berikut melepaskan tangan Dede beranjak menuju parkiran di belakang area diskotik. Sementara Dede mengambil motor ke area parkir. Vita setia menunggu di pintu keluar. Kendati Dede hanya kenalan baru, Vita enggan meninggalkan begitu saja, mengingat lelaki ceking itu sudah banyak mengeluarkan duit. “Jujur! Kami cinta kilat di area diskotik tadi. Sebelumnya benar-benar tak saling kenal,” kata Vita seperti kedinginan mengatup-ngatupkan bibir mungilnya.

Dipastikan Vita, selepas ini dia menghabiskan sisa malam menuju salah satu hotel telah disepakati bersama. ”Aku tak peduli, dengan pria manapun bersua di diskotik. Selama cocok komunikasi dan pria itu siap berkorban mengeluarkan lembaran rupiah, pasti kuturuti kemauanya,” tandas Vita genit mengerdipkan mata kiri.

Mengeluarkan handphone dari saku jaket, Vita mengeja dan memencet 13 digit angka cantik, Vita selanjutnya berjalan pelan dan sekejap duduk manis di boncengan Kawasaki Ninja R250 hitam ditunggangi Dede. Satu tangannya memeluk pinggang Dede dan satu lagi diangkat ke udara. ”Daah...” ucapnya kembali mengerdipkan mata.

0 Response to "Cinta Kilat Diskotik"

Post a Comment

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme